Sabtu, 20 Agustus 2011

SEJARAH MUSIK INDIE


Sejarah industri rekaman di Indonesia dimulai pada awal tahun 1960-an, tatkala Studio Irama mulai merekam lagu-lagu jenis hiburan (untuk menyebut ‘lagu pop’ jaman itu), melalui cakram (piringan hitam) untuk Nien Lesmana, Rachmat Kartolo dan Koes Bersaudara. Lalu, terjadi perkembangan berarti pada awal dekade 1970-an, tatkala almarhum Dick Tamimi mendirikan perusahaan rekaman Dimita, yang akhirnya merekam album Koes Plus (dengan drummer Murry menggantikan Nomo Koeswoyo), band wanita Dara Puspita dan grup Panbers. 
Pada jaya Dimita inilah Indonesia mulai memiliki band-band rekaman yang saat kemudian mampu menyemarakkan industri rekaman Pop maupun panggung.

Pada saat yang hampir bersamaan, ada sekelompok musisi yang populer dengan kebebasan berekspresinya, pada awalnya bisa dilihat dari gaya panggungnya yang ‘nyeleneh’ dan komposisi lagu ciptaannya yang unik, antara lain dapat ditemui pada karya The Gang of Harry Roesli, The Rollies dan Giant Step (Bandung), God Bless (Jakarta), dan AKA Group (Surabaya). Band-band yang disebut paling belakang itu bahkan berdiri dan berkreasi dalam rentang waktu antara tahun 1969 hingga memasuki tahun 1980-an. 

Bayangkan tentang penampilan God Bless dengan peti mati atau AKA Group yang ke panggung dengan membawa roda pedati raksasa, sementara band Rawe Rontek dari Banten manggung di belakang Gedung Sate (Bandung) pada tahun 1976 dengan memakai atraksi debus lengkap dengan penggorengannya di atas kepala vokalis. 

Kebebasan berkreasi yang mereka usung sebagian diakomodasi melalui album-album rekaman yang berbeda dan panggung dengan model audiens yang beragam pula. Ini artinya, heterogenitas musik di Indonesia sejatinya telah ada sejak akhir dekade tahun 1960-an hingga hari ini, yang sebagian lagu karyanya dapat diakomodasi melalui label rekaman besar yang biasa disebut sebagai major label.

Sejumlah nama dan karya pemusik sempat ditolak satu label, tapi akhirnya diterima oleh label lainnya, dan akhirnya albumnya meledak di pasaran. Contoh hal ini adalah album Camelia, album perdana Ebiet G Ade yang diluncurkan Jackson Records pada seputar 1979. Juga lagu-lagu pada album Peterpan yang diedarkan oleh Musica Studio’s.

Pada tahun 1994, Pas Band dari Bandung memulai revolusi rekaman band indie melalui mini album rock 4 lagu. Meski mini album Pas Band awalnya beredar terbatas di Bandung dan sekitarnya, komunitas indie ini terendus oleh Aquarius Musikindo yang kemudian memutuskan mengontrak Pas Band untuk bergabung. Maka, terbitlah album berisi lagu-lagu di album indie plus lagu-lagu baru Pas Band melalui major label Aquarius Musikindo (1995). Terobosan ini dilanjutkan dengan direkrutnya Suckerhead oleh Aquarius, dan juga direkamnya grup cadas Edane pada tahun berikutnya. Lalu – untuk menampung puluhan band indie lainnya – 

Aquarius resmi membuka label baru dengan bendera Independent dan Pops pada 1997. Nama-nama Type-X, Betrayer, Rumah Sakit, solo album Agus Sasongko, adalah sebagian dari musisi yang pernah ber-indie ria.

Di Sony Music, band-band indie juga diakomodasi, tanpa diintervensi karyanya, antara lain untuk album Superman Is Dead, Saint Loco, Navicula dan banyak lainnya. Sementara itu, di luar major label, gerakan indie terus menanjak naik. Puncaknya terjadi pada awal tahun 2000, tatkala GOR Saparua di Bandung, hampir saban Minggu menggelar acara penampilan band-band indie dari penjuru Indonesia, dengan syarat biaya transportasi dan akomodasi ditanggung manajemen musisi sendiri. Pada saat itu, setiap band manggung harus ikut mendanai ‘pesta musiknya’ sendiri dengan membayar sejumlah uang untuk biaya sewa tata suara, alat musik, panggung, dekorasi dan venue. Di luar GOR Saparua, jualan album indie dan merchandise-nya, termasuk majalah indie lokal, digelar. 

Tapi sejarah band indie yang paling spektakuler ‘penghasilannya’ bisa dipastikan berlaku pada Slank. Band yang bermarkas di Jl. Potlot Jakarta ini telah menyimpan fans fanatik terdaftar dalam komunitas Slankers sebanyak 400.000 orang. Slankers 
inilah pembeli fanatik kaset dan CD, merchandise Slank, dan penonton konser Slank, yang terus mencoba menghindari membeli barang bajakannya. Jika Slank sendiri telah ber-indie ria sejak album ke 7 (hit ‘Balikin’) melalui label Slank Records dengan model titip edar lewat Virgo Ramayana Records, maka inilah industri indie yang terbesar dalam sejarah indie label di Indonesia. Itu pula sebabnya, hanya Slank yang berani melepas 2 album dalam setahun (album reguler dan album road show), karena telah jelas jumlah pembelinya.

Bare Naked Ladies

Band indie Indonesia mungkin bisa berkaca pada perjuangan band indie luar negeri. Segala keterbatasan bisa dihadapai tanpa mengurangi musikalitas, mereka bisa konsisten untuk melepas album dengan , kualitas yang konsisten pula. Seperti yang dikukan Barenaked Ladies (BNL), band alternatif rock asal Kanada.

Band yang terbentuk 16 tahun silam ini bakal kembali menghibur lewat album terbarunya. Dengan punggawa Ed Robertsen (vokal/gitar), Steven Page (vokal/gitar), Jim Creeggan (bas), Kevin Hearn (keyboard), Tyler stewart (drum) telah menyatakan untuk merilis album ke 11.

Sayang, mereka belum menyatakan kepastian rilis dan judul album yang akan di lepas. Tapi, Ed Robertson menyatakan telah membuat sekitar 30 lagu. Tentunya tetap pada jalur indie, mereka menggaet Nettwerk Music Group via Desperation Record sebagai label. \"Kami tidak lagi memikirkan berapa lagu yang akan diedarkan. Entah itu 12 atau 14 track,\" ujar vokalis band ini. 

\"Yang jelas kami akan maksimalkan penggarapan ini. Bukan double album atau triple album. Tapi, benar-benar album yang akan kami nyanyikan lewat tur. Pasalnya, dengan begini kami merasa tetap dekat dengan fans ,\" tambahnya.

Lewat tur, BNL bakal habis-habisan mempromosikan albumnya. Pasalnya, sejak pertama band ini muncul di tahun 1988 memang punya reputasi bagus untuk live performance. Buktinya, saat tahun itu pula mereka mendapat gelar North America’s Best Loved Live Acts. 

Back to topic ada bocoran beberapa lagu yang telah rampung. Down the Earth dan Everything Had Changed akan mereka beberkan pada tur di Montreal tanggal 21 Nopember besok.

Rekaman live performance-nya bisa dilihat di website Apple’s iTunes Music Store. Mereka sengaja menjual sekitar 30 konser di berbagai negara untuk memuaskan fansnya. 

Kuintet ini selalu merekam semua shownya untuk diputar. \"Kami selalu membawa engineer saat tur. Fungsinya, agar hasil klip videonya bisa langsung di upload ke website,\" tambah Robertson.

Roberson menambahkan BNL mungkin akan disibukan tur saat musim panas tahun depan. \"Bertepatan dengan itu album baru ini bakal rilis 2006 besok. Tapi, lagu kami bakal lebih nge-rock. Tidak sama dengan lagu sebelum-sebelum ini. Finnally, kami ingin orang mendengan kami memainkan lagu rock,\" jelas frontman BNL ini.

klo menurut lo ????

BANGSA MAYA


Suku Maya
Dalam kalender bangsa Maya, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan dimurnikan, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.
Dalam sejarah peradaban kuno dunia, bangsa Maya bagaikan turun dari langit, mengalami zaman yang cemerlang, kemudian lenyap secara misterius. Mereka menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi. Kesempurnaan dan akurasi dari pada penanggalannya membuat orang takjub!
Sekelompok masyarakat yang misterius ini tinggal di wilayah selatan Mexico sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Banyak sekali pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka. Para arkeolog percaya bahwa Maya mempunyai peradaban yang luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari peninggalannya seperti buku-bukunya, meja-meja batu dan cerita-cerita yang bersifat mistik. Tetapi sayang sekali buku-buku mereka di perpustakaan Mayan semuanya sudah dibakar oleh tentara Spanyol ketika menyerang sesudah tahun 1517. Hanya beberapa tulisan pada meja-meja dan beberapa system kalender yang membingungkan tersisa sampai sekarang.
Ramalan Bangsa Maya
Seorang sejarahwan Amerika, Dr. Jose Arguelles mengabdikan dirinya untuk meneliti peradaban bangsa ini. Ia mendalami ramalan Maya yang dibangun di atas fondasi kalender yang dibuat bangsa itu, dimana prediksi semacam ini persis seperti cara penghitungan Tiongkok, ala Zhou Yi. Kalendernya, secara garis besar menggambarkan siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan manusia. Dalam karya Arguelles, The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam penanggalan Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami 'The Great Cycle' (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.
Orang Maya percaya bahwa semua benda angkasa pada galaksi setelah selesai mengalami reaksi dari sinar galaksi dalam siklus besar ini, akan terjadi perubahan secara total, orang Maya menyebutnya, penyelarasan galaksi (Galatic Synchronization). Siklus besar ini dibagi menjadi 13 tahap, setiap tahap evolusi pun mempunyai catatan yang sangat mendetail. Arguelles dalam bukunya itu menggunakan banyak sekali diagram-diagram untuk menceritakan kondisi evolusi pada setiap tahap. Kemudian setiap tahap itu dibagi lagi menjadi 20 masa evolusi. Setiap masa itu akan memakan waktu 20 tahun lamanya.
Dari masa 20 tahun antara tahun 1992-2012 itu, bumi kita telah memasuki tahap terakhir dari fase Siklus Besar, bangsa Maya menganggap ini adalah periode penting sebelum masa pra-Galatic Synchronization, mereka menamakannya: The Earth Generetion Priod (Periode Regenerasi Bumi). Selama periode ini bumi akan mencapai pemurnian total. Setelah itu, bumi kita akan meninggalkan jangkauan sinar galaksi dan memasuki tahap baru: penyelarasan galaksi.
Pada 31 Desember 2012 akan menjadi hari berakhirnya peradaban umat manusia kali ini, dalam perhitungan kalender Maya. Sesudah itu, umat manusia akan memasuki peradaban baru total yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan peradaban sekarang. Pada hari itu, tepatnya musim dingin tiba, matahari akan bergabung lagi dengan titik silang yang terbentuk akibat ekliptika (jalan matahari) dengan ekuator secara total. Saat itulah, matahari tepat berada di tengah-tengah sela sistem galaksi, atau dengan kata lain galaksi terletak di atas bumi, bagaikan membuka sebuah "Pintu Langit" saja bagi umat manusia.
Dalam perhitungannya, bangsa Maya tidak menyinggung tentang apa penyebab peradaban kali ini berakhir. Ada sedikit yang kelihatannya jelas, bahwa berakhirnya 'hari itu' sama sekali bukan berarti malapetaka apa yang datang menghampiri, melainkan mengisyaratkan kepada seluruh umat manusia akan adanya transisi dalam kesadaran dan spiritual kosmis, selanjutnya masuk ke peradaban baru. Tahun 755 Masehi, seorang rahib Maya pernah meramal, setelah tahun 1991 kemudian, akan ada dua peristiwa penting terjadi pada manusia yaitu kebangkitan kesadaran, dan pemurnian bumi serta regenerasinya.
Mulai 1992, bumi memasuki apa yang oleh bangsa Maya disebut 'Periode Regenerasi Bumi". Pada periode ini, Bumi dimurnikan, termasuk juga hati manusia, (ini hampir mirip ramalan orang Indian Amerika-Utara terhadap orang sekarang ini), subtansi yang tidak baik akan disingkirkan, dan substansi yang baik dan benar akan dipertahankan, akhirnya selaras dengan galaksi (alam semesta), ini adalah singkapan misteri dari gerakan sistem galaksi kita yang diperlihatkan oleh bangsa Maya.
Dari titik pandang ilmu pengetahuan umat manusia sekarang, hal itu benar-benar tidak dapat dipercaya. Mungkin saja bangsa Maya sedang membicarakan tentang galaksi Bima Sakti (Milky Way), yang mana ilmu pengetahuan dan teknologi kita belum juga sampai ke solar sistim, seperti pepatah orang Tionghoa mengatakan "Serangan musim panas tidak dapat menjelaskan es di musim dingin". Fenomena kosmik yang diperlihatkan oleh kalender Maya adalah benar-benar berharga dari suatu penyelidikan yang serius oleh umat manusia sekarang ini.

Arah Ramalan Itu

Sejak tahun 1992 sampai 2012 nanti, bagaimana terjadi "pemurnian" dan bagaimana pula terjadi "regenerasi" pada bumi kita ini, tidak disebutkan secara detail oleh bangsa Maya. Dalam ramalan mereka pun tidak menyinggung tentang apa hal konkret yang memberikan semangat manusia untuk bangkit dari kesadaran dan bagaimana bumi mengalami permurnian, yang ditinggalkan oleh mereka kepada anak cucunya (barangkali tidak tercatat). Lantas, fenomena baru apa yang sudah bisa kita lihat sejak tahun 1992 sampai sekarang yang bisa kita kaitkan dengan ramalan bangsa Maya yang beradab itu?
Mengamati peristiwa besar 10 tahun belakangan ini (1992-2002), kelihatannya karakter alam semesta, 'Zhen, Shan, Ren,' (sejati, baik, sabar) yang diajarkan oleh Master Li Hongzhi, sebagai efek yang sedang 'memurnikan' hati manusia dan bumi ini. Kami menemukan dua bilangan yang bermakna, pada 1992 adalah persis tahun pertama kalinya Li Hongzhi mengenalkan ajarannya secara terbuka kepada masyarakat, ditengah-tengah kemrosotan moral umat manusia yang parah.. Dari tahun 1992-1999, dalam waktu yang singkat ini, pengikut latihan kultivasi jiwa dan raga ini sudah mencapai hampir 100 juta orang di daratan China. Kini, latihan ini bahkan sudah menyebar kelebih 60 negara. Melalui kultivasi yang terus-menerus, latihan ini dapat mencapai tujuan mengganti sel-sel manusia dengan materi energi tinggi dan meningkatkan moral manusia sesuai karakter alam semesta serta kembali ke jati diri yang asli.
Mungkin sudah diatur, bahwa kalender Maya tidak hilang dan sejarah manusia, dan harus diuraikan dengan kode oleh manusia sekarang. Namun ia tetap saja harus dilihat, apakah umat manusia yang terpesona oleh konsepsinya yang trerbentuk sesudah kelahiran dapat menembus batas-batas untuk mengingatkan dan memahami kebenaran yang melampoi sistim pengetahuan kita. (Sumber: minghui.net, zhengjian.net)

Jumat, 19 Agustus 2011

BIOGRAFI SOEHARTO

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.



Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.

residen RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.

Kemudian sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.

Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekira pukul 14.55, Minggu (27/1).

Seementara itu, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.

TRAGEDI G30S PKI SEJARAH HARI KESAKTIAN PANCASILA Kontroversi G 30-S


FOTO GARUDA PANCASILA SAKTI -


Peristiwa Tragedi G30-S PKI Bagian Dari Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober. Kontroversi seputar sejarah G 30-S/PKI aksi Partai Komunis Indonesia memang terus berlanjut. Rencananya Presiden SBY menjadi inspekturUpacara Perignatan Hari Kesaktian Pancasila di lubang buaya. Sebelumnya sudah saya posting artikel sejarah Hari Kesaktian Pancasila Gerkana 30 September PKI G30S/PKI.
PERSOALAN G 30 S kembali hangat diperbincangkan sejak bergulirnya reformasi. Banyak orang mulai meragukan kebenaran peristiwa sebagaimana diajarkan di sekolah-sekolah atau dalam film Janur Kuning itu. Sejak reformasi, paling kurang muncul empat versi baru tentang dalang di belakang kejadian 30 September 1965 itu.
Pertama, teori WF Wertheim, Coen Holtzappel serta media dan jurnalis Amerika yang mengatakan bahwa Soeharto dan CIA (Badan Intelijen Amerika) yang melakukan operasi intelijen untuk menjebak PKI. Kedua, operasi intelijen Partai Komunis China yang mendalanginya. Ini pernah dikemukakan oleh pihak Amerika dan CIA, lalu dianulir kembali. Ketiga, menurut peneliti dari Universitas Cornell, penyebab pembunuhan adalah konflik internal TNI. Keempat, teori Anthony Dake bahwa Presiden Soekarno sendirilah pelakunya. TNI-AD dan Amerika kemudian menyokong teori ini untuk menjatuhkan Presiden Soekarno yang diklaim membuat sebuah skenario yang melibatkan PKI untuk menghabisi lawan-lawan politiknya, terutama Dewan Jenderal yang pernah berusaha mengkudetanya.
Terlepas dari kontroversi sejarah seputar pelaku gerakan tersebut, kita tak dapat mengelak kenyataan bahwa banyak masyarakat yang menjadi korban peristiwa tersebut. Banyak orang yang dibunuh karena diduga menjadi anggota ataupun simpatisan kelompok terlarang, PKI. Namun di belakang semuanya itu, kita harus jujur bahwa hal itu terjadi dalam suatu kerangka mencari dan merebut kekuasaan. Kejadian yang menjadi awal pembantaian terhadap satu juta lebih masyarakat di seluruh tanah air itu menjadi bagian dari proses peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.
Peristiwa G30S memang telah lama berlalu, namun luka yang ditinggalkannya masih terus menganga, bahkan semakin menimbulkan borok. Upaya memendam kekelaman sejarah bangsa ini dengan dalil melupakan suatu kebiadaban di masa lalu justeru menjadi virus yang terus menimbulkan luka-luka baru. Upaya melupakan sejarah kelam tersebut tanpa suatu rekonsiliasi bagaikan membiarkan duri terus menancap dalam daging.
Entah bagaimana persoalan sebenarnya yang telah merobek hati bangsa, peristiwa tahun 1965 hingga 1966 tersebut patut kita refleksikan kembali saat ini. Hemat saya, bukanlah hal naif bila kita memiliki kecemasan akan terjadinya peristiwa serupa di masa mendatang. Kita perlu berjaga-jaga agar peristiwa yang telah menelan jutaan nyawa tak berdosa itu tidak terjadi lagi dalam cara apa pun.
Viktimisasi korban tiga tingkat
Masyarakat Indonesia yang hidup pada tahun 1965 rata-rata merupakan masyarakat yang miskin. Walaupun telah merdeka selama dua puluh tahun, namun kemiskinan tetap menguasai masyarakat Indonesia pada umumnya. Di pihak lain, segelintir orang justeru semakin meningkat taraf hidupnya. Hal ini terjadi karena sistem yang ada waktu itu tidak mengakomodasi seluruh masyarakat Indonesia untuk maju dan berkembang. Sistem yang ada hanya berpihak pada segelintir orang. Pada titik ini dapat kita lihat bahwa pada masa-masa awal kemerdekaannya itu, banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban ketidakadilan oleh sistem yang berlaku saat itu.
Pengorbanan masyarakat kecil pun kembali terjadi sejak terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap para jenderal TNI-AD. Masyarakat yang buta terhadap politik dan tidak banyak tahu tentang partai politik dikorbankan karena menjadi pengikut PKI. Dalam kemiskinannya yang diakibatkan oleh sistem yang tidak adil, jutaan masyarakat Indonesia dibunuh secara kejam tanpa alasan yang pasti. Mereka yang tak bersalah dikorbankan dan dianggap pemerintah sebagai orang-orang yang bersalah dan patut dilenyapkan dari muka bumi.
Namun, para korban ini kembali dikorbankan dengan manipulasi tentang kebenaran mereka ini. Melupakan sejarah kelam tahun ’65 hingga ’66 dengan semua korbannya sambil membentangkan sejarah para pemenang merupakan suatu bentuk manipulasi terhadap kebenaran yang ada tentang para korban. Jelaslah bahwa sejarah hampir selalu menunjukkan bahwa yang kalah akan selalu kalah juga di hadapan hukum. Walter Benyamin benar ketika mengatakan bahwa sejarah bangsa-bangsa merupakan sejarah para pemenang, sejarah dari mereka yang berkuasa.
Satu jutaan masyarakat Indonesia yang menjadi korban tahun 1965 hingga 1966 merupakan kelompok yang kalah. Namun setiap korban ini entah yang masih hidup maupun sudah meninggal tetap membutuhkan hukum sehingga kebenaran dapat ditegakkan dan sejarah yang tertulis dapat memperhatikan aspek korban juga. Kenyataannya hingga saat ini tidak ada kejelasan hukum tentang para korban, apalagi para pelakunya dan sejarah tetap menjadi sejarah para pemenang dengan klaimnya yang selalu mempersalahkan yang kalah. Hal inilah yang kita sebut sebagai viktimisasi korban tiga tingkat.
Konteks kita
Dalam konteks kita saat ini, korban masih terus berjatuhan, tetapi dalam cara yang kurang tampak sebagaimana terdapat dalam peristiwa tahun 1965 hingga 1966 sehingga banyak orang menganggapnya bukanlah sebentuk kejahatan lagi. Banyak yang melihat bahwa dalam zaman reformasi ini bentuk-bentuk korban seperti peristiwa ’65 dan 66 tidak ada lagi. Namun, bila kita jujur sebenarnya ada banyak orang yang dikorbankan dalam perhelatan politik. Sistem demokrasi yang kita anut selama ini dipelintir sebagai bentuk baru dan halus dalam mengorbankan orang lain (masyarakat lemah) demi kekuasaan. Jelaslah bahwa selalu ada korban dalam berbagai pergolakan kekuasaan. Dalam kerangka mencari kekuasaan ini, kita dapat melihat suatu bentuk viktimisasi terhadap rakyat lemah yang telah menjadi korban sistem yang ada dalam negara kita saat ini.
Susksesi kepemimpinan dari pusat hingga kabupaten justeru menjadi ajang pengorbanan kembali rakyat kelas bawah tersebut. Sistem demokrasi yang ‘mengagungkan’ rakyat sebagai pemegang kekuasaan justeru digunakan untuk merendahkan martabat rakyat itu sendiri. Pilpres, Pilgub, Pilkada hingga Pileg sarat dengan berbagai bentuk viktimisasi korban. Masyarakat kecil yang dianggap lemah dan tidak memiliki daya kritis, yang adalah korban dari sistem yang tidak adil, diperalat, dimobilisasi, dikibuli dan direndahkan dalam berbagai kampanye politik. Mereka yang telah menjadi korban dari tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme kini dikorbankan dan diperalat demi mencapai kekuasaan. Hal ini malah sudah sangat banal. Seakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas demokrasi di negeri ini. Kampanye dirangkai sedemikian rupa sehingga bisa memperdaya masyarakat yang kurang memiliki daya kritis, guna mendulang dukungan sebanyak-banyaknya. Sementara kebenaran isi kampanye bisa jadi dinomorsekiankan. Sekali lagi, masyarakat kelas bawah dikorbankan demi kekuasaan.
Selain itu, money politics menjadi senjata lain yang terus mengorbankan masyarakat kelas bawah. Penguasaan politik oleh uang (para pengusaha) menjadikan politik kita timpang dan cenderung membela kepentingan mereka yang memiliki modal. Pembelian suara rakyat dalam berbagai pemilihan juga menjadi bentuk lain dari money politic yang sangat merendahkan martabat masyarakat. Uang mereduksi manusia menjadi budak yang tidak mampu menentukan pilihannya sendiri. Akibat lanjutnya dapat ditemukan setelah pemilu usai, para pemodal (sumber modal dalam kampanye) menjadi pengendali kekuasaan sehingga berbagai kebijakan yang diambil pemerintah lebih berpihak pada kepentingan mereka sementara kesejahteraan masyarakat dilupakan. Kembali rakyat dikorbankan.
Bentuk viktimisasi korban di atas merupakan sedikit dari banyaknya tindakan serupa yang terjadi dalam kerangka memperebutkan kekuasaan dan kelihatan lebih halus dari yang terjadi sejak 30 September 1965 tersebut, namun akibat yang ditimbulkannya tidak kalah buruknya dengan peristiwa G 30 S PKI tersebut. Bentuk viktimisasi korban di atas menjadi alasan mengapa banyak masyarakat lemah tetap miskin, sementara yang kaya semakin kaya. Walaupun rakyat tidak dibunuh secara kejam seperti sejak G30S PKI, namun banyak rakyat kita yang dibunuh secara perlahan karena diperas oleh sistem dan pemerintahan yang tidak adil.
Itu hanyalah sedikit dari sekian banyak bentuk viktimisasi yang dialami rakyat. Sejak kemerdekaan Indonesia ini, masyarakat lemah selalu dikorbankan dalam setiap pergantian kekuasaan. Namun, itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa keluar dari persoalan seperti ini. Kita selalu berharap agar dalam berbagai pergolakan merebut tampuk pemerintahan di negara kita ini, rakyat tidak lagi dikorbankan.
Hal ini hanya bisa terwujud bila kita bisa membuka diri terhadap suatu kenyataan perbedaan. Keterbukaan terhadap kenyataan berbeda memungkinkan kita untuk saling menghargai dan melihat bahwa setiap orang penting dan sederajat. Dengan pandangan seperti itu diharapkan tidak ada lagi upaya menjadikan orang lain sebagai korban demi mencapai tujuan (kekuasaan).
Karena itu, kita membutuhkan suatu bentuk demokratisasi pada tataran hati nurani sehingga dalam setiap pergantian kekuasaan kita selalu menghargai perbedaan. Dengan demikian setiap orang tidak menjadikan orang lain sebagai korban demi pencapaian tujuannya. Disposisi batin seperti ini sangat penting bagi kita di zaman dengan tendensi kuat ke arah homogenitas ini. Dengan itu, kita diharapkan bisa menghidupkan demokrasi di negara ini secara lebih nyata. sehingga tidak ada lagi rakyat yang dikorbankan atau dikorbankan berkali-kali lagi. *
Oleh: Florianus Geong (pos-kupang.com)
Krew KMK Ledalero, Maumere
Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Peristiwa Gerakan G30-S/PKI, Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Tragedi G30-S PKI

BIOGRAFI SOEKARNO






Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.


Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

Detik Detik Kematian Sang Presiden



Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
-
Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
-
Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
-
Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
-
Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
-
Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.
-
“Pak, Pak, ini Ega…”
-
Senyap.
-
Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
-
Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
-
Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
-
Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
-
Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.
-
“Hatta.., kau di sini..?”
-
Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
-
“Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
-
Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
-
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?
-
Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
-
Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
-
Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.
-
“No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
-
Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.
-
Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
-
Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka.
Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
-
Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
-
Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
-
Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
-
Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
-
Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.
-
Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Biografi Kh Hasyim As'ari


Hadrotus Syekh Hasyim As’ari . Nama ini begitu popular sebagai tokoh pengembang agama Islam di Nusantara. Kh Hasyim As’ari adalah kakek Kh Abdurrahman Wahid presiden Indonesia ke 4 sekaligus pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, pendiri Nahdhatul Ulama (Organisasi Islam terbesar di Indonesia). Beliau juga berasal dari garis keturunan Sultan Hadiwijaya raja Kerajaan Pajang. Kerajaan ini adalah pecahan dai Kerajaan Mataram Islam. Kh Hasyim As’ari lahir tanggal 10 April 1875 dan wafat tanggal 25 Juli 1947 dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur. 

Asal-usul dan keturunan K.H M.Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari riwayat kerajaan Majapahit dan kerajaan Islam Demak. Salasilah keturunannya, sebagaimana diterangkan oleh K.H. A.Wahab Hasbullah menunjukkan bahawa leluhurnya yang tertinggi ialah neneknya yang kedua yaitu Brawijaya VI. Ada yang mengatakan bahwa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari perkahwinannya dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng (Brawijaya VII). Silsilah Kh Hasyim As’ari mulai dari Sunan giri dapat diurutkan sebagai berikut: Ainul Yaqin (Sunan Giri), Abdurrohman (Jaka Tingkir), Abdul Halim (Pangeran Benawa), Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda), Abdul Halim, Abdul Wahid, Abu Sarwan, KH. Asy'ari (Jombang), KH. Hasyim Asy'ari (Jombang) 


Semasa hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri, terutama pendidikan di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan literatur agama lainnya. Setelah itu, ia menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama di Jawa, yang meliputi Shone, Siwilan Buduran, Langitan Tuban, Demangan Bangkalan, dan Sidoarjo, ternyata K. H. Hasyim Asy’ari merasa terkesan untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada K. H. Ya’kub yang merupaka kiai di pesantren tersebut. Kiai Ya’kub lambat laun merasakan kebaikan dan ketulusan Hasyim Asy’ari dalam perilaku kesehariannya, sehingga kemudian ia menjodohkannya dengan putrinya, Khadijah. Tepat pada usia 21 tahun, tahun 1892, Hasyim Asy’ari melangsungkan pernikahan dengan putri K.H. Ya’kub tersebut. 

Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi. Tepat pada tanggal 26 Rabi’ Al-Awwal 120 H. bertepatan 6 Februari 1906 M., Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Oleh karena kegigihannya dan keikhlasannya dalam menyosialisakan ilmu pengetahuan, dalam beberapa tahun kemudian pesantren relatif ramai dan terkenal. 

Kh Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul UlamaTanggal 31 Januari 1926 bersama dengan kyai-kyai lainnya. Organisasi keagamaan ini pun berkembang pesat dan pengaruh Kyai Hasyim Asy'ari juga semakin besar. NU berperan besar bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa. Sebagai orang yang berpandangan luas, Kh Hasim as'ari sangat bersifat toleran terhadap aliran atau pendapat yang berbeda dengan konsep dan pemikirannya. Ini dibuktikan dengan akrabnya beliau dengan Kh Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah.. Ia mengutamakan persatuan dan ukhuwah Islamiyah dengan menghindari perpecahan di tubuh umat ISlam. Pada masa pendudukan Jepang, Kyai Hasyim Asy'ari pernah ditangkap tanpa sebab yang jelas. Namun kemudian ia dibebaskan melalui perjuangan anaknya anaknya, K.H. Wahid Hasyim. Setelah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng. 

BIOGRAFI KH.ABDURRAHMAN WAHID ( Gus Dur )



Gus Dur wafat, siapa yang tidak tercengang mendengar khabar tersebut, seorang Kyai Haji Abdurrahman Wahid yang terkenal dengan panggilan Gus Dur ini telah kembali ke sisi-NYA pada Hari Rabu bersamaan 30 Disember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat pelbagai komplikasi penyakit, yang dideritanya sejak lama .
Sebelum wafat ia telah menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada arteri. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Kehidupan awal Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah.
Terdapat kepercayaan bahawa ia lahir tanggal 4 Ogos, namun kalendar yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalendar Islam yang bererti ia lahir pada 4 Sya’ban, sama dengan 7 September 1940.
Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”.Kata “Addakhil” tidak cukup dikenal lalu diganti nama “Wahid”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang bermaksud “abang” atau “mas”.
Gus Dur adalah putera pertama daripada enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Datuk dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pengasas Nahdlatul Ulama (NU), sementara datuk dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas kepada kaum wanita.
Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah puteri pengasas Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Champa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.
Pada tahun 1944, Wahid berpindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Parti Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan sokongan tentera Jepun yang ketika itu menduduki Indonesia.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Ogos 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Pada akhir perang tahun 1949, Wahid berpindah ke Jakarta dan ayahnya dilantik sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke Sekolah Dasar(SD) KRIS sebelum berpindah ke SD Matraman Perwari.
Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kemalangan kereta.
Pendidikan Wahid diteruskan dan pada tahun 1954, beliau masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya.
Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam tempoh dua tahun (seharusnya empat tahun).
Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kemudian sebagai mudir madrasah. Gus Dur juga pernah bekerja sebagai jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya.
Pendidikan di luar negeri Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Pada tahun 1963, Wahid menerima biasiswa dari Kementerian Agama untuk belajar di Universiti Al-Azhar di Kaherah, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963.
Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh Universitas bahawa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan bahasa Arab, Wahid terpaksa mengambil kelas remedial.
Abdurrahman Wahid menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; menonton filem Eropah dan Amerika, dan juga menonton bola sepak.
Wahid juga terlibat dengan Persatuan Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah persatuan tersebut. Pada akhir tahun, ia lulus kelas remedial Arabnya.
Ketika ia memulai belajar tentang Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa. Ia telah mempelajari banyak perkara yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas.
Di Mesir, Wahid pernah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa Gerakan 30 September terjadi. Mejar Jeneral Suharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan Komunis dilakukan.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Wahid, yang ditugaskan menulis laporan.
Wahid mengalami kegagalan di Mesir. Ia tidak setuju akan metode pendidikan serta pekerjaannya setelah G 30 S sangat mengganggu dirinya. Pada tahun 1966, ia diberitahu bahawa ia harus mengulang belajar.
Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui biasiswa di Universiti Baghdad. Wahid pindah ke Irak dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun ia lalai pada awalnya, Wahid dengan cepat belajar. Wahid juga meneruskan penglibatannya dalam Pelajar Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah Persatuan tersebut.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Abdurrahman Wahid pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Wahid ingin belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa kerana pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui. Dari Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
Karier awal Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Gus Dur kembali ke Jakarta mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Ia membuat dirinya sibuk dengan bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) , organisasi yang terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.
LP3ES mendirikan majalah yang disebut Prisma dan Wahid menjadi salah seorang penyumbang utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES, Wahid juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada saat itu, pesantren berusaha keras mendapatkan pembiyaan dari pemerintah dengan cara menyesuaikannya dengan kurikulum pemerintah.
Wahid merasa prihatin dengan kondisi itu karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan ini. Gus Dur juga prihatin dengan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Pada waktu yang sama ketika mereka membujuk pesantren mengyesuaikannya dengan kurikulum pemerintah, pemerintah juga membujuk pesantren sebagai agen perubahan dan membantu pemerintah dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Wahid memilih untuk membatalkan niatnya untuk belajar di luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
Abdurrahman Wahid meneruskan kariernya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah Tempo dan akhbar Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitinya itu, ia mendapat banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama keluarganya.
Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencarian dan ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan ais untuk digunakan pada bisnis Aia Lilin isterinya .
Pada tahun 1974, Wahid mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Setahun kemudian, Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.
Pada tahun 1977, Wahid bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakulti Praktek dan Kepercayaan Islam. Sekali lagi, Wahid mengungguli pekerjaannya dan Universitas ingin agar Wahid mengajar subjek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi. Namun, kelebihannya menyebabkan beberapa ketidaksenangan dari sebahagian kalangan universiti dan Wahid mendapat rintangan untuk mengajar subjek-subjek tersebut. Sementara menanggung semua beban tersebut, Wahid juga berpidato sepanjang Ramadhan di depan masyarakat Muslim di Jombang.
Nahdatul Ulama: Awal Penglibatan
Latar belakang keluarga Wahid segera bererti. Ia akan diminta untuk memainkan peranan aktif dalam menggerakkan NU. Permintaan ini berlawanan dengan aspirasi Gus Dur dalam menjadi intelektual publik dan ia dua kali menolak tawaran bergabung dengan Dewan Penasihat Agama NU. Namun, Wahid akhirnya bergabung dengan Dewan tersebut setelah datuknya, Bisri Syansuri, memberinya tawaran ketiga . Karena mengambil pekerjaan ini, Wahid juga memilih untuk pindah dari Jombang ke Jakarta dan menetap di sana. Sebagai anggota Dewan Penasihat Agama, Wahid memimpin dirinya sebagai reforman NU.
Pada saat itu, Abdurrahman Wahid juga mendapat pengalaman politik pertamanya. Pada pemilihan umum legislatif 1982, Wahid berkempen untuk Parti Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Parti Islam yang dibentuk sebagai hasil gabungan 4 parti Islam termasuk NU.
Wahid menyebut bahwa Pemerintah mengganggu kempennya PPP dengan menangkap orang seperti dirinya . Namun, Wahid selalu berhasil lepas kerana memiliki hubungan dengan orang penting seperti Jeneral Benny Moerdani.
Mereformasi NU
Pada saat itu, banyak orang yang memandang NU sebagai organisasi dalam keadaan stagnasi/terhenti. Setelah berdiskusi, Dewan Penasihat Agama akhirnya membentuk Kumpulan Tujuh (yang termasuk Wahid) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Reformasi dalam organisasi termasuk perubahan keketuaan. Pada 2 Mei 1982, pejabat-pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan meminta agar ia mengundurkan diri. Idham, yang telah memandu NU pada era transisi kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto awalnya melawan, tetapi akhirnya mundur karena tekanan.
Pada 6 Mei 1982, Wahid mendengar pilihan Idham untuk mundur dan menemuinya, lalu ia berkata bahawa permintaan mundur tidak konstitusionil. Dengan himbauan Wahid, Idham membatalkan kemundurannya dan Wahid bersama dengan Tim Tujuh dapat menegosiasikan persetujuan antara Idham dan orang yang meminta kemundurannya .
Pada tahun 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan ke-4 oleh Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan mulai mengambil langkah untuk menjadikan Pancasila sebagai Ideologi Negara. Dari Jun 1983 hingga Oktober 1983, Wahid menjadi sebahagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu tersebut.
Wahid berkonsultasi dengan bacaan seperti Quran dan Sunnah untuk pembenaran dan akhirnya, pada Oktober 1983, ia menyimpulkan bahawa NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara . Untuk lebih menghidupkan kembali NU, Wahid juga mengundurkan diri dari PPP dan partai politik. Hal ini dilakukan sehingga NU dapat fokus dalam masalah sosial daripada terhambat dengan terlibat dalam politik.
Terpilih sebagai ketua dan masa jabatan pertama
Reformasi Wahid membuatnya sangat popular di kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU. Wahid menerima nominasi ini dengan syarat ia mendapatkan wewenang penuh untuk memilih para pengurus yang akan bekerja di bawahnya.
Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama pada Musyawarah Nasional tersebut. Namun demikian, persyaratannya untuk dapat memilih sendiri para pengurus di bawahnya tidak terpenuhi. Pada hari terakhir Munas, daftar anggota Wahid sedang dibahas persetujuannya oleh para pejabat tinggu NU termasuk Ketua PBNU sebelumnya, Idham Chalid. Wahid sebelumnya telah memberikan sebuah daftar kepada Panitia Munas yang sedianya akan diumumkan hari itu. Namun demikian, Panitia Munas, yang bertentangan dengan Idham, mengumumkan sebuah daftar yang sama sekali berbeza kepada para peserta Munas.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto dan rejim Orde Baru. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan.
Pada tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila. Pada tahun 1987, Abdurrahman Wahid menunjukan dukungan lebih lanjut terhadap rejim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar Suharto.
Ia kemudian menjadi anggota MPR mewakili Golkar. Meskipun ia disukai oleh rejim, Wahid mengkritik pemerintah kerana projek Waduk Kedung Ombo yang dibiayai Bank Dunia. Hal ini merenggangkan hubungan Wahid dengan pemerintah, namun saat itu Suharto masih mendapat dukungan politik dari NU.
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualiti sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.
Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim. Gus Dur pernah pula menghadapi kritik bahawa ia mengharapkan mengubah salam Muslim “assalamualaikum” menjadi salam sekular “selamat pagi”.
Masa jabatan kedua dan melawan Orde Baru
Wahid terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua NU pada Musyawarah Nasional 1989. Pada saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, mulai menarik simpati Muslim untuk mendapat dukungan mereka. Pada Disember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati Muslim Intelektual. Organisasi ini didukung oleh Soeharto, diketuai oleh Baharuddin Jusuf Habibie dan di dalamnya terdapat intelektual Muslim seperti Amien Rais dan Nurcholish Madjid sebagai anggota.
Pada tahun 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung. Gus Dur menolak kerana ia mengira ICMI mendukung sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat.
Pada tahun 1991, Wahid melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari pelbagai komunitas religius dan sosial. Organisasi ini diperhitungkan oleh pemerintah dan pemerintah menghentikan pertemuan yang diadakan oleh Forum Demokrasi saat menjelang pemilihan umum legislatif 1992.
Pada Mac 1992, Gus Dur mengatur rencaa mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan mengulang pernyataan dukungan NU terhadap Pancasila. Wahid merencanakan acara itu dihadiri oleh paling sedikit satu juta anggota NU. Namun, Soeharto menghalangi acara tersebut, memerintahkan polisi untuk mengembalikan bas berisi anggota NU ketika mereka tiba di Jakarta. Akan tetapi, acara itu dihadiri oleh 200.000 orang.
Setelah selesai acara, Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran. Selama masa jabatan keduanya sebagai ketua NU, idea liberal Gus Dur mulai mengubah banyak pendukungnya menjadi tidak setuju. Sebagai ketua, Gus Dur terus mendorong dialog antara agama dan bahkan menerima undangan mengunjungi Israel pada Oktober 1994.
Masa jabatan ketiga dan menuju reformasi
Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan dirinya untuk masa jabatan ketiga. Mendengar hal itu, Soeharto ingin agar Wahid tidak terpilih. Pada minggu-minggu sebelum munas, pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko berkempen melawan terpilihnya kembali Gus Dur.
Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat oleh ABRI dalam tindakan intimidasi. Terdapat juga usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU untuk masa jabatan ketiga.
Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Parti Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang menggunakan nama ayahnya memiliki popularitas yang besar dan berencana tetap menekan rejim Soeharto.
Wahid menasihati Megawati untuk berhati-hati dan menolak dipilih sebagai Presiden untuk Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengacuhkannya dan harus membayar mahal ketika pada Julai 1996 markas PDInya diambil alih oleh pendukung Ketua PDI yang didukung pemerintah, Soerjadi.
Melihat apa yang terjadi terhadap Megawati, Gus Dur berfikir bahawa pilihan terbaiknya sekarang adalah mundur secara politik dengan mendukung pemerintah. Pada November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU dan beberapa bulan berikutnya diikuti dengan pertemuan dengan berbagai tokoh pemerintah yang pada tahun 1994 berusaha menghalangi pemilihan kembali Gus Dur.
Pada saat yang sama, Gus Dur membiarkan pilihannya untuk melakukan reformasi tetap terbuka dan pada Disember 1996 bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.
Julai 1997 merupakan awal dari Krisis Kewangan Asia. Soeharto mulai kehilangan kawalan ke atas situasi tersebut. Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun ia terkena stroke pada Januari 1998. Dari rumah sakit, Wahid melihat situasi terus memburuk dengan pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden dan protes mahasiswa yang menyebabkan terjadinya kerusuhan Mei 1998 setelah penembakan enam mahasiswa di Universitas Trisakti.
Pada tanggal 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama dengan lapan pemimpin penting dari komuniti Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto. Soeharto memberikan konsep Komite Reformasi yang ia usulkan. Sembilan pemimpin tersebut menolak untuk bergabung dengan Komite Reformasi.
Gus Dur memiliki pendirian yang lebih moderat dengan Soeharto dan meminta demonstran berhenti untuk melihat apakah Soeharto akan menepati janjinya. Hal tersebut tidak disukai Amien, yang merupakan oposisi Soeharto yang paling kritis pada saat itu. Namun, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto.
Reformasi: Pembentukan PKB dan Pernyataan Ciganjur
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan parti politik baru. Di bawah rejim Soeharto, hanya terdapat tiga perti politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, parti-parti politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah Parti Amanat Nasional (PAN) diasaskan Amien dan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) diasaskan Megawati.
Pada Jun 1998, ramai orang dari komuniti NU meminta Gus Dur membentuk parti politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Julai 1998 Gus Dur mulai menanggapi idea tersebut kerana mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Wahid menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasihat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua parti. Meskipun parti tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan bahawa parti tersebut terbuka untuk semua orang.
Pada November 1998, dalam pertemuan di Ciganjur, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Pada 7 Februari 1999, PKB secara rasmi menyatakan Gus Dur sebagai calon pemilihan presiden.
Pemilu 1999 dan Sidang Umum MPR
Pada Jun 1999, parti PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partinya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki majaoriti penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB. Pada Julai, Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi parti-parti Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai calon ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDI-P mulai berubah.
Pada 7 Oktober 1999, Amien dan Poros Tengah secara rasmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Pada 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden. Beberapa saat kemudian, Akbar Tanjung, ketua Golkar dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan Golkar akan mendukung Gus Dur. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali berkumpul dan mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.
Tidak senang kerana calon mereka gagal memenangkan pemilihan, pendukung Megawati mengamuk dan Gus Dur menyedari bahawa Megawati harus terpilih sebagai wakil presiden. Setelah meyakinkan jendral Wiranto untuk tidak ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan membuat PKB mendukung Megawati, Gus Dur pun berhasil meyakinkan Megawati untuk ikut serta. Pada 21 Oktober 1999, Megawati ikut serta dalam pemilihan wakil presiden dan mengalahkan Hamzah Haz dari PPP.
Kepresidenan Kyai Haji Abdurrahman Wahid: 1999
Kabinet pertama Gus Dur, Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai parti politik: PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Wahid kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan, senjata utama rejim Soeharto dalam menguasai media. Reformasi kedua adalah membubarkan Departemen Sosial yang korup.
Pada November 1999, Wahid mengunjungi negara-negara anggota ASEAN, Jepun, Amerika Syarikat, Qatar, Kuwait, dan Jorda. Setelah itu, pada bulan Disember, beliau mengunjungi Republik Rakyat China.
Setelah satu bulan berada dalam Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Koordinator Pengentasan Kemiskinan (Menko Taskin) Hamzah Haz mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan November. Muncul dugaan bahawa pengunduran dirinya disebabkan Gus Dur menuduh beberapa anggota kabinet melakukan korupsi selama ia masih berada di Amerika Syarikat. Beberapa menduga bahawa pengunduran diri Hamzah Haz berpunca daripada ketidaksenangannya atas pendekatan Gus Dur dengan Israel .
Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah anggota tentera di Negeri Serambi Mekah tersebut.
Pada 30 Disember, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahawa ia mendorong penggunaan nama Papua.
2000
Pada Januari 2000, Gus Dur melakukan perjalanan ke luar negeri lainnya ke Swiss untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia dan mengunjungi Arab Saudi dalam perjalanan pulang menuju Indonesia. Pada Februari, Wahid melakukan perjalanan luar negeri ke Eropa lainnya dengan mengunjungi British, Perancis, Belanda, Jerman, dan Itali.
Dalam perjalanan pulang dari Eropah, Gus Dur juga mengunjungi India, Korea Selatan, Thailand, dan Brunei Darussalam. Pada bulan Mac, Gus Dur mengunjungi Timor Leste.
DPada bulan April, Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-77, sebelum kembali melewati Kota Mexico dan Hong Kong.
Pada bulan Jun, Wahid sekali lagi mengunjungi Amerika, Jepun dan Perancis dengan Iran, Pakistan, dan Mesir sebagai tambahan baru ke dalam daftar negara-negara yang dikunjunginya.
Ketika Gus Dur berkelana ke Eropah pada bulan Februari, ia mulai meminta Jendral Wiranto mengundurkan diri dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Gus Dur melihat Wiranto sebagai halangan terhadap rencana reformasi militer dan juga disebabkan tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur terhadap Wiranto.
Ketika Gus Dur kembali ke Jakarta, Wiranto berbicara dengannya dan berhasil meyakinkan Gus Dur agar tidak menggantikannya. Namun, Gus Dur kemudian mengubah pikirannya dan memintanya mundur.
Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan yang diberikan Wahid adalah bahawa kedua-duanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat. Hal ini memperburuk hubungan Gus Dur dengan Golkar dan PDI-P.
Pada Mac 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan.
Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
Ia juga berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok Muslim Indonesia. Isu ini diangkat dalam pidato Ribbhi Awad, duta besar Palestin untuk Indonesia, kepada parlimen Palestin tahun 2000.
Isu lain yang muncul adalah keanggotaan Gus Dur pada Yayasan Shimon Peres. Baik Gus Dur dan menteri luar negerinya Alwi Shihab menentang penggambaran Presiden Indonesia yang tidak tepat, dan Alwi meminta agar Awad, duta besar Palestin untuk Indonesia, diganti.
Dalam usaha mereformasi ketenteraan dan mengeluarkan tentera dari ruang sosial-politik, Gus Dur menemukan sekutu, iaitu Agus Wirahadikusumah, yang diangkatnya menjadi Panglima Kostrad pada bulan Mac.
Pada Julai 2000, Agus mulai membuka skandal yang melibatkan Dharma Putra, yayasan yang memiliki hubungan dengan Kostrad. Melalui Megawati, anggota TNI mulai menekan Wahid untuk memecat jabatan Agus. Gus Dur mengikuti tekanan tersebut, tetapi berjaya menunjuk Agus sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Petinggi TNI merespon dengan mengancam untuk berundur, sehingga Gus Dur kembali harus menurut pada tekanan.
Hubungan Gus Dur dengan TNI semakin buruk ketika Laskar Jihad tiba di Maluku dan dipersenjatai oleh TNI. Laskar Jihad pergi ke Maluku untuk membantu orang Muslim dalam konflik dengan orang Kristian. Wahid meminta TNI menghentikan aksi Laskar Jihad, namun mereka tetap berhasil mencapai Maluku dan dipersenjatai oleh senjata TNI.
Muncul pula dua skandal pada tahun 2000,iaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan Logistik (BULOG) melaporkan bahawa $4 juta menghilang dari persediaan kas Bulog.
Tukang picit pribadi Gus Dur mendakwa bahawa ia dikirim oleh Gus Dur ke Bulog untuk mengambil wang. Meskipun wang berhasil dikembalikan, musuh Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini.
Skandal ini disebut skandal Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan wang $2 juta untuk dirinya sendiri. wang itu merupakan sumbangan daripada Sultan Brunei untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.
Sidang Umum MPR 2000 hampir tiba, Populariti Gus Dur masih tinggi. Sekutu Wahid seperti Megawati, Akbar dan Amien masih mendukungnya meskipun terjadi berbagai-bagai skandal dan pencopotan menteri.
Pada Sidang Umum MPR, pidato Gus Dur diterima oleh majaoriti anggota MPR. Selama pidato, Wahid menyedari kelemahannya sebagai pemimpin dan menyatakan ia akan mewakilkan sebahagian tugas. Anggota MPR setuju dan mengusulkan agar Megawati menerima tugas tersebut.
Pada awalnya MPR merancang menerapkan usul ini sebagai TAP MPR, akan tetapi Keputusan Presiden dianggap sudah cukup. Pada 23 Agustus, Gus Dur mengumumkan kabinet baru meskipun Megawati ingin pengumuman ditunda.
Megawati menunjukan ketidaksenangannya dengan tidak hadir pada pengumuman kabinet. Kabinet baru lebih kecil dan meliputi lebih banyak non-partisan. Tidak terdapat anggota Golkar dalam kabinet baru Gus Dur.
Pada September, Gus Dur menyatakan darurat militer di Maluku karena keadaan di sana semakin memburuk. Pada saat itu semakin jelas bahawa Laskar Jihad didukung oleh anggota TNI dan juga kemungkinan didanai oleh Fuad Bawazier, menteri kewangan terakhir Soeharto.
Pada bulan yang sama, bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat. Gus Dur memperbolehkan bendera bintang kejora dikibarkan asalkan berada di bawah bendera Indonesia. Ia dikritik oleh Megawati dan Akbar karena hal ini. Pada 24 Disember 2000, terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan lapan kota lainnya di seluruh Indonesia.
Pada akhir tahun 2000, terdapat banyak elit politik yang kecewa dengan Abdurrahman Wahid. Orang yang paling menunjukan kekecewaannya adalah Amien. Ia menyatakan kecewa mendukung Gus Dur sebagai presiden tahun lalu.
Amien juga berusaha mengumpulkan oposisi dengan meyakinkan Megawati dan Gus Dur untuk merenggangkan otot politik mereka. Megawati melindungi Gus Dur, sementara Akbar menunggu pemilihan umum legislatif tahun 2004. Pada akhir November, 151 DPR menandatangani petisi yang meminta pemakzulan Gus Dur.
2001 dan akhir kekuasaan
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahawa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
Gus Dur lalu mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji. Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Jun 2001 ketika ia mengunjungi Australia.
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universiti pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi.
Pertempuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan.
Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan. Namun, demonstran NU terus menunjukan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahawa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Mac, Gus Dur cuba membalas oposisi dengan melawan disiden pada kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur.
Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeza visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan dianggap tidak dapat mengendalikan Parti Keadilan,yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur.
Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inagurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2009.
Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahawa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Julai. TNI menurunkan 40.000 tentera di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan.
Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Julai, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Abdurrahman Wahid terus bersikap keras bahawa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Julai ia pergi ke Amerika Serikat kerana masalah kesihatan.
Aktiviti setelah kepresidenan Kyai Haji Abdurrahman Wahid: Perpecahan pada tubuh PKB
Sebelum Sidang Khusus MPR, anggota PKB setuju untuk tidak hadir sebagai lambang solidaritas. Namun, Matori Abdul Djalil, ketua PKB, tetap hadir karena ia adalah Wakil Ketua MPR. Dengan posisinya sebagai Kepala Dewan Penasehat, Gus Dur menjatuhkan posisi Matori sebagai Ketua PKB pada tanggal 15 Agustus 2001 dan melarangnya ikut serta dalam aktiviti parti sebelum mencabut keanggotaan Matori pada bulan November.
Pada tanggal 14 Januari 2002, Matori mengadakan Munas Khusus yang dihadiri oleh pendukungnya di PKB. Munas tersebut memilihnya kembali sebagai ketua PKB.
Gus Dur membalasnya dengan mengadakan Munasnya sendiri pada tanggal 17 Januari, sehari setelah Munas Matori selesai Musyawarah Nasional memilih kembali Gus Dur sebagai Ketua Dewan Penasihat dan Alwi Shihab sebagai Ketua PKB.
PKB Gus Dur lebih dikenal sebagai PKB Kuningan sementara PKB Matori dikenal sebagai PKB Batutulis.
Pemilihan umum 2004
Pada April 2004, PKB berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Indonesia 2004, memperoleh 10.6% suara. Untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2004, di mana rakyat akan memilih secara langsung, PKB memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis sehingga Komisi Pemilihan Umum menolak memasukannya sebagai calon.
Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan dari Wiranto. Pada 5 Julai 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Untuk pemilihan kedua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur menyatakan golput.
Oposisi terhadap pemerintahan SBY
Pada Ogos 2005, Gus Dur menjadi salah seorang pemimpin koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati. Koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama mengenai pencabutan subsidi BBM yang akan menyebabkan naiknya harga BBM.
Kehidupan pribadi Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Wahid menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikurnia empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Yenny juga aktif berpolitik di Parti Kebangkitan Bangsa dan saat ini adalah direktur The Wahid Institute.
Kematian
Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan sehingga seringkali surat dan buku yang harus dibaca atau ditulisnya harus dibacakan atau dituliskan oleh orang lain.
Beberapa kali ia mengalami serangan strok. Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Ia wafat pada hari Rabu, 30 Disember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit tersebut, yang dideritanya sejak lama.
Sebelum wafat ia harus menjalani hemodialisis (cuci darah) rutin. Menurut Salahuddin Wahid adiknya, Gus Dur wafat akibat sumbatan pada arteri.Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Jombang seusai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Penghargaan Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
Wahid ditahbiskan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, yang selama ini dikenal sebagai kawasan Pecinan pada tanggal 10 Maret 2004.
Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Penghargaan ini diberikan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur dan Gadis dipilih oleh dewan juri yang terdiri dari budayawan Butet Kertaradjasa, pemimpin redaksi The Jakarta Post Endy Bayuni, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Chandra Kirana. Mereka berhasil menyisihkan 23 kandidat lain. Penghargaan Tasrif Award bagi Gus Dur menuai protes dari para wartawan yang hadir dalam acara jumpa pers itu. Seorang wartawan mengatakan bahwa hanya karena upaya Gus Dur menentang RUU Anti Pornoaksi dan Pornografi, ia menerima penghargaan tersebut. Sementara wartawan lain seperti Ati Nurbaiti, mantan Ketua Umum AJI Indonesia dan wartawan The Jakarta Post membantah dan mempertanyakan hubungan perjuangan Wahid menentang RUU APP dengan kebebasan pers.
Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Wahid mendapat penghargaan tersebut karena menurut mereka ia merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh hak-haknya yang sempat terpasung selama era orde baru. Wahid juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple. Namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.
Doktor kehormatan Kyai Haji Abdurrahman Wahid
Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan:
* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Prancis (2000)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)